Prabu Jayabaya adalah seorang raja bijaksana yang memerintah kerajaan Kediri pada abad ke-12 (1137-1159 M). Serat Kalatidha adalah sebuah karya sastra dalam bahasa jawa karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita berbentuk tembang macapat, karya ini ditulis kurang lebih pada tahun 1860 M dan menjadi karya sastra yang ternama di Jawa. Karya sastra ini sebenarnya juga memberikan pencerahan fikriyah dan ruhiyah bagi pembacanya dan Karya sastra inilah yang diinginkan oleh Islam.
Zaman Kalabendu, adalah nama lain dari zaman kehancuran. Petikan dari Jayabaya dalam Serat Kalatidha tentang tanda-tanda zaman inilah yang akan saya tulis di sini.
Iki sing dadi tandane zaman kolobendu “Ini yang menjadi tanda zaman kehancuran”,
Lindu ping pitu sedino “Gempa bumi 7 kali sehari”,
Lemah bengkah “Tanah pecah merekah”,
Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara “Manusia berguguran, banyak yang ditimpa sakit”,
Pagebluk rupo-rupo “Bencana bermacam-macam”,
Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati “Hanya sedikit yang sembuh kebanyakan meninggal”,
Zaman kolobendu wiwit yen “Zaman kalabendu ditandai dengan”
Wis ana kreto mlaku tanpo jaran “Sudah ada kereta yang berjalan tanpa kuda”,
Tanah Jawa kalungan wesi “Tanah jawa dikelilingi besi”
Prau mlaku ing nduwur awang-awang “Perahu berjalan di atas awan melayang-layang”,
Kali ilang kedunge “Sungai kehilangan danaunya”,
Pasar ilang kumandange “Pasar kehilangan keramaiannya”,
Wong nemoni wolak-walik ing zaman “Manusia menemukan zaman yang terbolak-balik”,
Jaran doyan sambel “Kuda doyan sambal”,
Wong wadon menganggo wong lanang “Orang perempuan mempergunakan busana laki-laki”,
Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman kanikmatan donya, nanging zaman iku sebenere zaman ajur lan bubrahing donya “Zaman kalabendu itu diibaratkan zaman yang menyenangkan, zaman kenikmatan dunia, tetapi zaman itu sebenarnya zaman kehancuran dan berantakannya dunia”,
Mulane akeh bapak lali anak “Oleh sebab itu banyak bapak lupa dengan anaknya”,
Akeh anak wani ngelawan ibu lan nantang bapak “Banyak anak yang berani melawan ibu dan menantang bapaknya”,
Sedulur podho cidro cinidro “Sesama saudara saling berkelahi”,
Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane “Perempuan kehilangan rasa malunya, laki-laki kehilangan rasa kejantanannya”,
Akeh wong lanang ora duwe bojo “Banyak laki-laki tidak punya istri”,
Akeh wong wadon ora setia karo bojone “Banyak perempuan yang tidak setia pada suaminya”,
Akeh ibu pada ngedol anaknya “Banyak ibu yang menjual anaknya”,
Akeh wong wadon ngedol awakke “Banyak perempuan yang menjual dirinya”,
Akeh wong ijol bojo “Banyak orang yang tukar menukar pasangan”,
Akeh udan salah mongso “Sering terjadi hujan salah musim”,
Akeh perawan tuwo “Banyak perawan tua”,
Akeh rondo ngelairake anak “Banyak janda melahirkan anak”,
Akeh jabang bayi nggoleki bapake “Banyak bayi yang lahir tanpa bapak”,
Wong wadon nglamar wong lanang “Perempuan melamar laki-laki”,
Wong lanang ngasorake drajate dewe “Laki-laki merendahkan derajatnya sendiri”,
Akeh bocah kowar “Banyak anak lahir diluar nikah”,
Rondo murah regane “Janda murah harganya”,
Rondo ajine mung sak sen loro “Janda nilainya hanya satu sen untuk dua”,
Prawan rong sen loro “Perawan nilainya dua sen untuk dua”,
Dudo pincang payu sangang wong “Duda pincang berharga 9 orang”.
Itulah petikan dalam serat Kalatidha dari Jayabaya untuk negeri bahkan seluruh dunia yang jika kita pikir-pikir memang terjadi, setelah membaca petikan tadi seharusnya bisa menjadi pencerahan hati kita menghadapi dunia yang penuh tipu daya ini.
Dalam Al-Qur’an dan Hadist juga banyak menerangkan tentang tanda akhir zaman, yang mirip dengan petikan serat di atas.
Dan semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang diridloi-Nya. Amin.
Wassalamu’alaikum.
oleh : JAMUNA girikusumo, mranggen, demak.
islamarket.net
8 Agustus 2009
hari gini masih percaya ramalan? yang bener tuh ramadan, bukan ramalan.
kahoda
8 Agustus 2009
hehehe..
iya bukannya percaya…tp cuma menyitir… 🙂
waida rita wlndr
16 Maret 2012
betul itu mas’e.,, ramalan itu cuma ngerugiin doank.,, gak penting. ya tow..!
Joker
30 Juli 2012
orang islam baru percaya kalau ramalannya mengenai kesuksesan agamanya, mengunggulkan arab. sementara kalau mengunggulkan ras lain, ditolak. itu tak ada dalam kitab. kasihan sekali mereka. padahal kitabnya juga penuh dengan ramalan.
anes
12 September 2012
kok pada gak pernah sadar yaaa…itu memang sedang terjadi di dunia ini…kenapa gak balik lagi ke al-quran sih, kita bukannya mengimani ramalan’y tapi mengintropeksi dari ramalan tersebut…
dugal ngupoyo
2 Februari 2013
wong sudah terjadi kok dibilang ramalan…………………..aneh……….
Tanpa Aran
16 Februari 2013
bukan aneh, rangga warsito adalah orang linuwih, gemar bertapa (prihatin) jadi kalo alloh menganugrahi dia karomah itu bukan aneh.orang2 zaman sekarang, kebanyakan hanya mengumabr nafsu, pemuja hedonisme, jadi mata batinnya buta. weroh tapi ora reti.
Tanpa Aran
16 Februari 2013
kata anes,
kok pada gak pernah sadar yaaa…itu memang sedang terjadi di dunia ini…kenapa gak balik lagi ke al-quran sih, kita bukannya mengimani ramalan’y tapi mengintropeksi dari ramalan tersebut…
itu adalah pertanyaan lucu. namanya jg didunia, mangkanya Tuhan mengutus para nabi dan rasul.
Grand Island Roofing's roofing installation services
17 Juli 2013
Greetings! Very helpful advice within this post! It’s the little changes that will make the most important changes. Thanks for sharing!
Rino Andias Anugraha
11 Januari 2015
Bukannya itu itu JONGKO JOYOBOYO, bukan karyanya Ronggo Warsito, Kali Kalatidha itu baru karyanya Ronggo Warsito, beda.
bagussunarwan
18 November 2016
Jongko Joyo Boyo dalam serat kalatidha
Saryanto Saryanto
12 Januari 2019
Sudah saatnya kehanuran itu… Siaga selalu ..ajal siap menjemputmu